Informasi Spasial Habitat Perairan Dangkal dan Pendugaan Stok Ikan Terumbu Menggunakan Citra Satelit
Vincentius Siregar, et.al, 2010Description
Perairan dangkal di bentang laut tropis memiliki ekosistem khas yang umumnya terdiri dari terumbu karang, padang lamun, pasir, lumpur dan hutan mangrove. Ekosistem lain di wilayah pesisir yang juga penting secara geomorfologi dan ekologi adalah goba atau lagoon, yang umumnya memiliki substrat dasar berupa pasir. Survei lapangan untuk memetakan secara rinci seluruh habitat di perairan dangkal pada umumnya sulit dan memerlukan upaya dan biaya yang tinggi karena kapal pemeruman yang menggunakan echosounder tidak dapat masuk ke perairan dangkal yang berbahaya, oleh karena itu, teknologi penginderaan jauh (inderaja) satelit seringkali digunakan untuk keperluan tersebut karena efektif dan efisien.
Potensi ikan karang yang sangat tinggi telah menghidupkan dan merupakan sumber pangan penting bagi masyarakat nelayan Indonesia yang hidup di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Namun, berapa besar potensi yang dapat dimanfaatkan secara lestari belum diketahui. Lebih lanjut, banyak kasus pemanfaatan ikan di daerah terumbu karang yang dilakukan terus-menerus dengan cara merusak atau tidak ramah lingkungan, seperti penggunaan bahan peledak, peracunan dan sebagainya, sehingga menyebabkan semakin menurunnya kondisi terumbu karang ke tingkat yang sangat memprihatinkan secara nasional. Kondisi ini jelas akan berpengaruh langsung terhadap stok ikan karang. Berdasarkan latar belakang di atas, maka usaha-usaha terhadap pendugaan stok ikan karang di seluruh perairan Indonesia perlu dilakukan sesegera mungkin melalui cara yang cepat, efektif dan efisien, dengan langkah pertama adalah mengkaji metodenya. Selanjutnya, setelah metode tersebut teruji kelayakannya, maka pendugaan stok dapat dilakukan.
Salah satu alasan mengapa Kepulauan Seribu dijadikan lokasi studi ini, antara lain adalah karena perairan Kepulauan Seribu memiliki ekosistem laut dangkal yang lengkap dan terhubung satu sama lain, dari mulai hutan mangrove, padang lamun hingga terumbu karang. Seluruh ekosistem tersebut menjadi penopang utama kegiatan perekonomian masyarakat setempat, terutama melalui sektor perikanan, budidaya laut, pariwisata, perdagangan, dan penambangan migas. Oleh karena itu, hasil studi ini diharapkan tidak saja bermanfaat untuk kepentingan ilmiah tetapi juga dapat memberikan kontribusi bagi pengelolaan sumberdaya hayati setempat untuk kepentingan masyarakat luas.
Buku ini membahas suatu gagasan tentang pengembangan metode pendugaan stok ikan terumbu, yaitu melalui pengamatan langsung (sensus visual) dan pemanfaatan citra satelit resolusi tinggi. Perkembangan teknologi sensor inderaja dan algoritmanya saat ini, telah memungkinkan kita untuk memperoleh "potret" variasi batimetri, karakteristik dasar perairan dan kondisi habitat perairan dangkal dari citra satelit. Permasalahan yang muncul adalah apakah potret-potret ini dapat dijadikan dasar untuk mengestimasi stok ikan karang?, inilah yang juga dibahas dalam buku ini.