Page 18 - Buku Penggunaan Larva BSF gabung.cdr
P. 18

Penggunaan Larva (Maggot) Black Soldier Fly (BSF)


            Seperti serangga dewasa pada umumnya dan parasitoid  pada  khususnya,
            madu  atau sumber gula lainnya (embun, madu, nektar, nektar  selain dari
            bunga) merupakan salah satu sumber untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
            jangka pendek untuk mencari inang yang sesuai (Lewis et al. 1998). Pada
            Cotesia  marginiventris  (Hymenoptera:  Braconidae),  madu  mampu
            meningkatkan  produksi telurnya (Riddick  2007).  Hermetia  illucens  bukan
            termasuk  ke  dalam  serangga  proovigenik,  karena  betina  dewasa  yang
            muncul dari pupa tidak membawa sejumlah telur matang (Tomberlin  et al.
            2002). Penelitian ini juga menunjukkan bahwa H. illucens hanya meletakkan
            telur  satu  kali  dalam  hidupnya,  karena  ovarium  tidak  lagi  berkembang
            pasca  oviposisi.  H.  illucens  diduga  termasuk  serangga  sinovigenik.  Hal
            tersebut  diduga  menjadi  penyebab  singkatnya  lama  hidup  H.  illucens
            dewasa.
            Sebagai  serangga  sinovigenik,  imago  H.  illucens  menggunakan  cadangan
            energi  (dalam  bentuk  badan  lemak)  yang  ditimbunnya  selama  tahapan
            pradewasa (larva). Kelak cadangan energi tersebut digunakan imago untuk
            alokasi reproduksi dan sintasan, Dengan demikian, porsi alokasi reproduksi
            bisa saja berkurang guna memenuhi kebutuhan sintasan. Bila pada tahapan
            tersebut imago betina memperoleh makanan tambahan, maka diharapkan
            porsi untuk alokasi reproduksi tidak berkurang, bila mungkin bertambah.
            Pakan tambahan berupa madu 5% diduga tidak terlalu mempengaruhi lama
            hidup.  Akan  tetapi,  pakan  tambahan  diduga  dapat  mempengaruhi
            keperidiaannya.

            2.5  Perkembangbiakan
            Larva  BSF  betina  meletakkan  telurnya  pada  beberapa  variasi  substrat
            organik,  baik  tumbuhan  maupun  hewan  yang  membusuk  seperti  buah-
            buahan, sayuran, kompos, humus, ampas kopi, bahan-bahan pangan (kecap,
            madu, polen), kotoran ternak, manusia, bangkai hewan dan manusia, serta
            di dalam sarang rayap (Leclercq 1997). Telur BSF melewati masa inkubasi
            selama  72  jam  atau  3  hari.  Perubahan  yang  dapat  diamati  di  bawah
            mikroskop stereo antara lain: (a) telur yang baru diletakkan; (b) dalam 24
            jam telah terjadi embriogenesis, yang dapat terlihat antara lain segmentasi
            bakal tubuh larva; (c) dalam 48 jam bentuk tubuh larva mulai terlihat jelas,
            terdapat bintik mata merah dan bagian mulut yang mulai berpigmen; (d)
            dalam  72  jam  tampak  bagian-bagian  yang  lebih  jelas  seperti  saluran
            spirakel  yang  memanjang  dari  lateral  spirakel  menuju  posterior  spirakel,
            serta bintik mata dan bagian mulut yang tampak semakin jelas, pergerakan
            tubuh embrio juga terlihat. Tahapan perkembangan telur Hermetia illucens
            disajikan pada Gambar 2.3.


            6                                 SEAMEO Regional Centre for Tropical Biology
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23