Page 20 - Buku Penggunaan Larva BSF gabung.cdr
P. 20

Penggunaan Larva (Maggot) Black Soldier Fly (BSF)


            bisa  diprediksi  sehingga  pembiakan  masal  dapat  dilakukan  dengan  lebih
            e isien. Kandang kawin dilengkapi dengan kain basah untuk menjaga agar
            lalat-lalat  di  dalamnya  tidak  kekurangan  kelembaban.  Selain  itu  juga  ada
            eggies dan sebuah kotak berisi atraktan. Maka, di sini siklus pemeliharaan
            berakhir.

            2.6  Analisis Proksimat Larva BSF dan Pre-pupa

            Kadar  bahan  kering  larva  meningkat  menurut  umur.  Kadar  bahan  kering
            berkisar  antara  26,61%  (larva  umur  5  hari)  dan  39,97%  (pre-pupa).
            Peningkatan kadar lemak tampak pesat sejak hari ke-10. Kadar lemak kasar
            berkisar antara 13,37% (larva umur 5 hari) dan 27,50% (prepupa). Kadar
            protein kasar larva menurun drastis setelah hari ke-5. Pada hari ke-5, kadar
            protein  bernilai  61,42%.  Sejak  hari  ke-  10  hingga  hari  ke-25,  kadarnya
            berkisar  antara  42,07%  dan  45,85%.  Kadar  abu  kasar  pada  setiap  umur
            tampak sedikit  luktuatif namun nilainya masih berkisar antara 7,65% dan
            11.36%.  Setelah  diletakkan  pada  substrat  yang  tepat,  telur  akan  segera
            memasuki  masa  inkubasi.   Kandungan nutrisi  H.  illucens  pradewasa  pada
            media PKM disajikan pada Tabel 2.2.

            Tabel 2.2  Kandungan nutrisi H. illucens pradewasa pada media PKM
                                                 Kadar (%)
              Umur (hari)
                            Bahan kering   Protein kasar   Lemak kasar   Abu kasar
             5                 26,61         61,42         13,37        11,03
             10                37,66         44,44         14,60        08,62
             15                37,94         44,01         19,61        07,65
             20                39,20         42,07         23,94        11,36
             25                39,97         45,87         27,50        09,91
             Rata-rata         36,28         47,56         19,80        09,71
             SD                05,48         07,86         06,02        01,58
            Sumber: Rachmawati et al. (2010)

            Menurut  Rachmawati  et  al.  (2010)  masa  inkubasi  telur  H.  illucens
            berlangsung  lebih  singkat  daripada  masa  inkubasi  H.  illucens  di  beragam
            tempat. Pada suhu 24 °C, telur H. illucens menetas dalam 102 sampai 105
            jam  (4,3  hari)  (Booth  &  Sheppard  1984).  Di  Argentina,  telur  menetas  4
            sampai 6 hari. Di Selandia Baru telur menetas 5 hari di bulan Februari dan 7
            sampai 14 hari di bulan April (Sheppard et al. 2002).  Oleh karena, waktu
            inkubasi total telur berlangsung kurang lebih satu hari lebih singkat, maka
            perkembangan  embrionik  yang  teramati  pada  penelitian  ini  juga
            berlangsung  lebih  cepat  daripada  yang  dipaparkan  oleh  Booth  dan
            Sheppard (1984).


            8                                 SEAMEO Regional Centre for Tropical Biology
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25