Page 70 - Buku Penggunaan Larva BSF gabung.cdr
P. 70

Penggunaan Larva (Maggot) Black Soldier Fly (BSF)


            sampel timun, sawi, dan agregat. Berdasarkan Tabel 9.1, nilai persen DMR
            terendah  terdapat  pada  sampel  alpukat,  jambu,  dan  pisang.  Hal  ini
            menunjukkan  bahwa  sampel  dengan  kadar  air  yang  tinggi  memiliki  nilai
            persen  DMR  yang  tinggi,  demikian  juga  pada  keadaan  kadar  air  rendah,
            memiliki  nilai  persen  DMR  yang  juga  rendah.  Nilai  persen  DMR  menjadi
            koreksi  bagi  penentuan  nilai  DMCR  sebagai  tolok  ukur  bagi  perancangan
            fasilitas. Nilai DMCR tertinggi berturut-turut terdapat pada sampel agregat
            sebesar 44 mg/larva/hari, dan pada sampel pisang yaitu 37 mg/larva/hari.
            Nilai DMCR yang digunakan sebagai rancangan pemberian sampah organik
            pada proses dekomposisi sampah organik pasar tradisional.
            Nilai  ECD  berkisar  antara  3-11%,  dimana  ECD  tertinggi  terdapat  pada
            sampel  agregat,  sedangkan  ECD  terendah  terdapat  pada  sampel  jambu.
            Sampah  jambu  memiliki  nilai  ECD  terendah  karena  memiliki  biji  yang
            cukup  banyak,  sehingga  larva  sulit  untuk  mengonsumsi  sampah  organik
            tersebut.  Sampah  alpukat  yang  juga  memiliki  biji  yang  cukup  besar
            memiliki  nilai  ECD  sebesar  5%.  Hal  ini  dikarenakan  pada  awal
            pemeliharaan sampah alpukat telah dipisahkan oleh bijinya. Nilai  survival
            rate tertinggi terdapat pada sampel pisang dan alpukat yaitu sebesar 100%,
            yang  artinya  dari  total  200  larva  yang  diberikan,  pada  akhir  pengamatan
            jumlah larva hidup masih tetap.
            Nilai  survival  rate  terendah  terdapat  pada  sampah  timun.  Hal  ini
            menyatakan tingkat kesukaan dan kenyamanan larva yang rendah terhadap
            sampah organik yang diberikan. Sampah pisang dan sampah alpukat paling
            disukai diantara sampel lainnya karena kadar air kedua sampel optimal dan
            tingkat kelunakan sampah alpukat paling lunak dari sampel lainnya Larva
            kurang nyaman pada sampah timun karena kadar air yang tinggi sehingga
            menyebabkan  reaktor  tergenang  air  dan  menyebabkan  kematian  pada
            larva.  Pada  kondisi  ini  juga,  larva  juga  dapat  keluar  dari  reaktor  karena
            ketidaknyamanan, kemudian mati karena tidak ada makanan.

            9.5.3  Laju Dekomposisi pada Skala Rumah Tangga
            Percobaan pada skala rumah tangga menggunakan laju pengumpanan yang
            sama  yaitu  40  mg/larva/hari.  Larva  yang  digunakan  lebih  banyak  yaitu
            berjumlah  4.150  larva.  Sampah  yang  diberikan  yaitu  jenis  agregat  yaitu
            sampah  campuran  dari  pasar  tradisional.  Total  sampah  organik  yang
            diberikan selama 15 hari sebesar 15 kg (berat basah) per bak dengan 4 kali
            pengulangan.
            Tata  letak  bak  dekomposisi  pada  skala  rumah  tangga  dapat  dilihat  pada
            Gambar  9.7.  Bak  pengomposan  dibuat  dari  struktur  bata  ringan  sebagai


            58                                SEAMEO Regional Centre for Tropical Biology
   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75