Summary:
Heibogor.com – SEAMEO BIOTROP berkerjasama dengan IPB University dan Asia Hub menggelar konferensi the 4th International Conference on Tropical Biology (ICTB) di gedung Bundar SEAMEO BIOTROP Jalan Raya Tajur, Bogor Selatan, Kota Bogor, selama dua hari 25 – 26 Oktober 2023. Konferensi ini, mengundang para peneliti, dosen dan pembuat kebijakan untuk mendisemintasikan informasi terkini perihal perkembangan keilmuan biologi tropika.
Mengusung tema “ASEAN Education-23 for Global Connection: Enriching Biodiversity Inspiring People”, konferensi ini, akan mengangkat isu-isu penting mengenai keanekaragaman hayati yang menjadi perhatian nasional, regional, dan global. Konferensi ini, juga mengajak pemerintah sebagai pengambil kebijakan/keputusan, akademisi dan peneliti serta praktisi untuk memberikan informasi terkini mengenai isu-isu regional mengenai ekosistem keanekaragaman hayati tropis; berbagi pembelajaran dan pengalaman dalam mengelola ekosistem keanekaragaman hayati tropis di Asia Tenggara dan merumuskan aksi pendidikan untuk melestarikan ekosistem keanekaragaman hayati.
Direktur SEAMEO BIOTROP, Dr. Zulhamsyah Imran mengatakan, konferensi ini, melibatkan journal country dari ASEN country disana ada Malaysia, Filipina, Kamboja, Thailand, Laos, China, termasuk pembicaranya ada dari USA.”Pada kesempatan ini kami menggandeng dua conference besar di Indonesia, yaitu soal International Conference on Tropical Biology (ICTB) dan International Conference on Marine Science (ICMS). Harapannya ini menjadi sebuah gerakan yang sangat terorganisir dan masif yang tidak hanya tergantung pada pemerintah tapi juga non pemerintah untuk melakukan gerakan yang masif. Sekecil apapun karena kita berbicara kontek edukasi, literasi kepada masyarakat, pelajar,” ucapnya, Rabu (25/10/2023).
Zulhamsyah mengatakan ada tiga kata kunci yang paling penting. Pertama partnership, kedua kolaboration, ketiga interconnection. “Jadi, untuk kita menyelamatkan Biodiversity kita tidak bisa bekerja sendiri. Banyak yang akan terlibat. Makanya kita menggandeng Bappennas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan termasuk dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University semua kolega stakeholder yang berhubungan dengan bagaimana kita menyelamatkan Biodiversity,” tandasnya.
Pesan yang ingin disampaikan melalui konferensi ini, sambung Zulhamsyah, Biodiversity harus terus diselamatkan walaupun hanya menanam pohon karena dari pohon itu akan mendapatkan banyak hal. Seperti akan mendapatkan oksigen, mendapatkan Biodiversity, hewan yang akan tergantung pada pohon dan pohon itu juga akan memberikan kehidupan kepada ikan.
“Output yang ingin dihasilkan minimal kita ingin merumuskan kira-kira apa action research yang bisa kita lakukan untuk save Biodiversity dari darat sampai laut. Jadi, kita tidak hanya individual research tapi konteknya secara kelembagaan. Riset-riset apa saja yang perlu dilakukan ke depan,” ucapnya. Sehingga, dari riset itu akan menghasilkan berbagai macam produk untuk edukasi untuk kepentingan pendidikan khususnya di level pendidikan tinggi. Baru setelah itu, BIOTROP secara khusus menyiapkan prototipe-prototipe untuk menyelamatkan Biodiversity dalam satu konsep yang disebut dengan agro, eco, eduwisata. “Mari kita interconnection dan colaboration,” harapnya.
Di tempat yang sama, Rektor IPB university, Prof. Dr. Arif Satria menyampaikan, konferensi ini, menyediakan forum bagi para pembuat kebijakan, ilmuwan, dan praktisi untuk berbagi pembelajaran berharga dengan tujuan mengatasi tantangan global, menghasilkan komitmen dalam memperkuat kebijakan, dan meningkatkan kolaborasi menuju pembangunan regional yang berkelanjutan dan terintegrasi di Asia Tenggara.
“The 4th ICTB memberikan kesempatan berharga untuk berkolaborasi dan bertukar pengetahuan guna mengatasi permasalahan mendesak yang mempengaruhi lingkungan tropis kita. Konferensi ini, menjadi bukti komitmen dan konsistensi SEAMEO BIOTROP dalam menjalankan mandatnya untuk mendesiminasikan informasi dalam bidang biologi tropika dan memberikan masukan kepada para pembuat kebijakan untuk menghadapi tantangan global dalam penyelamatan keanekaragaman hayati serta perubahan iklim,” kata Arif.
Arif berharap konferensi ini, dapat menghasilkan konsensus atau kesepakatan di antara para peserta mengenai agenda aksi advokasi pengayaan, konservasi, dan pengelolaan keanekaragaman hayati dan untuk mengidentifikasi pendekatan-pendekatan baru dan sinkronisasi antara kebijakan dan praktik yang akan membentuk kerangka kerja untuk memberikan arah masa depan bagi penelitian dan pengembangan dalam pengelolaan konservasi keanekaragaman hayati yang berkelanjutan, melalui Pengembangan Jaringan Keanekaragaman Hayati Asia (ABN), Perjanjian Platform Keanekaragaman Hayati, dan publikasi ilmiah.
Konferensi yang berlangsung selama dua hari ini, The 4th ICTB mengangkat lima subtema antara lain Agro-Eco-Edu-Tourism, Biodiversity for Food Stock, Ecological and Climate Change, Bioengineering and Conservation, dan Biodiversity Literacy and Education. Lima subtema tersebut didiskusikan oleh para undangan dan peserta konferensi dalam beberapa sesi. Kegiatan konferensi dibuka oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang diwakilkan oleh Direktur bidang Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat, Prof. Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr. Kegiatan konferensi ini juga memiliki beberapa side event, seperti Talk Show on Biotechnology for Climate Change, Workshop on Biodiversity Education, dan Campus Tour SEAMEO BIOTROP yang menyajikan prototipe Agro-Eco-Edu-Tourism seperti Stingless Bee, Aquatic Garden, Sensory and Therapeutic Garden, dan Smart Hydroponic. (**/andi)
Download article