Summary:
Heibogor.com – SEAMEO BIOTROP menyelenggarakan Internasional Workshop in Climate Change (IWCC) pada tanggal 7-8 Oktober 2021 dengan tema “Indonesia Sea as Global Climate Engine: Climate Change and Coastal Resilience dalam moda campuran (daring dan luring). Workshop Internasional ini terbagi menjadi Plenary Speech, Parallel, dan Talkshow serta sebanyak 24 materi dipresentasikan dalam kegiatan ini.
Peneliti, praktisi, dosen, mahasiswa, guru SMA atau sekolah kejuruan, dan masyarakat umum dari beberapa negara di Asia Tenggara turut berpartisipasi baik sebagai peserta maupun narasumber. Empat orang Pembicara dari Amerika Serikat dan satu orang dari Inggris juga turut berpartisipai dalam kegiatan ini.
Workshop tersebut diharapkan menjadi tempat untuk berbagi pengetahuan, dan peningkatan pemahaman publik tentang bagaimana pentingnya mewujudkan ketahanan pesisir serta meningkatkan interaksi antara pemerintah, universitas, praktisi, dan mitra pembangunan untuk mengelola bencana pesisir menuju ketahanan pesisir.
Direktur SEAMEO BIOTROP, Dr. Zulhamsyah Imran menyampaikan, bahwa SEAMEO BIOTROP melakukan refocusing program dan area prioritas. Program unggulan refocusing yang terdiri dari restorasi & konservasi ekosistem, keanekaragaman hayati penggunaan berkelanjutan, Bioenergi, Bioteknologi untuk mendukung ketahanan pangan, dan ketahanan dalam menghadapi perubahan iklim global, dalam integrasi dengan teknologi 4.0. Hal ini, merupakan tindakan nyata untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati untuk menanggapi ancaman perubahan iklim. Beliau mengundang semua lembaga yang terlibat untuk berkolaborasi satu sama lain untuk bekerja sama dalam menyelamatkan keanekaragaman hayati.
Kegiatan ini, secara resmi dibuka oleh Rektor IPB University, Prof Dr Arif Satria yang juga merupakan Dewan Pembina SEAMEO BIOTROP dari Indonesia. Dalam sambutan pembukaannya, dia menyatakan, bahwa keanekaragaman hayati Indonesia adalah salah satu latar belakang akan kebutuhan terhadap Konsep Agro Maritim sebagai fokus pembangunan. Konsep Agro Maritime 4.0 diperlukan untuk menjaga aset keanekaragaman hayati dari gunung ke laut yang kemungkinan rusak karena perubahan iklim.
Ia berharap IWCC akan menjadi tempat untuk berbagi dan berdiskusi untuk mendapatkan solusi terbaik untuk masalah keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh perubahan iklim di banyak negara di dunia. “Saya berharap lokakarya ini akan menghasilkan working paper untuk menyebarkan pentingnya melestarikan keanekaragaman hayati selama perubahan iklim,” harap Arif.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menyampaikan, dalam melaksanakan kebijakan perubahan iklim, pemerintah Jawa Barat, telah menyusun kegiatan berupa Penyusunan Rencana Aksi Daerah, Implementasi Persediaan Gas Rumah Kaca, Pelaksanaan Program Desa Iklim, Pelaksanaan Studi Ketahanan Daerah tentang Perubahan Iklim, dan Pembangunan Ecovillage. Sedangkan program adaptasi yang dilakukan adalah pengendalian kekeringan, banjir dan tanah longsor, peningkatan ketahanan pangan, penanganan kenaikan permukaan laut, pengendalian penyakit dan membudidayakan pertanian ramah lingkungan.
Pengelolaan program-program tersebut dilakukan melalui lembaga-lembaga yang ada di masyarakat dengan dukungan pendanaan dan kebijakan dari pemerintah provinsi.