Summary:
INILAHKORAN, Bogor - SEAMEO Biotrop mengadakan Internasional Workshop in Climate Change (IWCC) dengan tema "Indonesia Sea as Global Climate Engine: Climate Change and Coastal Resilience" pada 7-8 Oktober 2021 secara daring dan luring.
Workshop ini diharapkan menjadi tempat untuk berbagi pengetahuan dan peningkatan pemahaman publik tentang bagaimana pentingnya mewujudkan ketahanan pesisir serta meningkatkan interaksi antara pemerintah, universitas, praktisi dan mitra pembangunan untuk mengelola bencana pesisir menuju ketahanan pesisir.
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) University Arief Satria menyatakan, keanekaragaman hayati Indonesia merupakan salah satu latar belakang akan kebutuhan terhadap konsep agro maritim sebagai fokus pembangunan. Konsep agro maritime 4.0, menurut Arief, diperlukan untuk menjaga aset keanekaragaman hayati dari gunung ke laut yang kemungkinan rusak karena perubahan iklim.
Baca Juga: Minim Progres, Proyek Pembangunan RSUD Bogor Utara Baru Dikerjakan 16 Persen
"Saya berharap IWCC akan menjadi tempat untuk berbagi dan berdiskusi untuk mendapatkan solusi terbaik untuk masalah keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh perubahan iklim di banyak negara di dunia," ungkapnya, Kamis 7 Oktober 2021.
Dewan Pembina SEAMEO Biotrop dari Indonesia itu melanjutkan, lokakarya ini akan menghasilkan working paper untuk menyebarkan pentingnya melestarikan keanekaragaman hayati selama perubahan iklim.
Sementara itu, Direktur SEAMEO Biotrop Zulhamsyah Imran menyampaikan pihaknya melakukan refocusing program dan area prioritas. Program unggulan refocusing yang terdiri dari restorasi dan konservasi ekosistem, keanekaragaman hayati penggunaan berkelanjutan, bioenergi, bioteknologi untuk mendukung ketahanan pangan, dan ketahanan dalam menghadapi perubahan iklim global, dalam integrasi dengan teknologi 4.0.
Baca Juga: 11 Negara Hadiri Sidang Dewan Pembina SEAMEO Biotrop ke-59, Ini Harapan Dedie A Rachim
"Hal ini, merupakan tindakan nyata untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati untuk menanggapi ancaman perubahan iklim. Saya mengundang semua lembaga yang terlibat untuk berkolaborasi satu sama lain untuk bekerja sama dalam menyelamatkan keanekaragaman hayati," tuturnya.
Ia melanjutkan, kegiatan itu diikuti peneliti, praktisi, dosen, mahasiswa, guru SMA atau Sekolah Kejuruan dan masyarakat umum dari beberapa negara di Asia Tenggara baik sebagai peserta maupun narasumber. Empat orang pembicara dari Amerika Serikat dan satu dari Inggris juga turut berpartisipai dalam kegiatan ini.***(rizki mauludi)