JAKARTA, EKONOMIKRO.COM - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mendorong perlunya teknologi dan inovasi produk rumput laut. Hal itu lantaran hasilnya dapat digunakan sebagai bahan penolong industri sekaligus menjadi inovasi-inovasi produk yang ramah lingkungan, seperti bioplastic rumput laut.

 “Saya menyambut baik pelaksanaan pengembangan teknologi dan inovasi produk rumput laut nasional yang dilakukan oleh komunitas Tropical Seaweed Innovation Network ini,” kata Menteri Trenggono dalamunggahan di akun Instagramnya saat menghadiri kegiatan Seaweed Fest 2021 di Ballroom, Gd. Mina Bahari III, Kantor KKP Pusat, Jakarta, Senin (20/12/2021).

Indonesia, kata dia, memiliki potensi yang besar pada komoditas rumput laut karena berdasarkan data FAO, Indonesia merupakan produsen rumput laut jenis Cottoni terbesar di dunia dan produsen nomor dua untuk jenis Glacilaria setelah China.  Namun pada volume ekspornya, masih didominasi oleh rumput laut kering.

“Dengan adanya kegiatan ini, dapat menjadi salah satu langkah menjawab tantangan dalam hal hilirisasi rumput laut,” ungkapnya.

Ia berharap dengan dilaksanakannya kegiatan ini, tidak hanya dapat menunjukkan perkembangan teknologi dan inovasi produk rumput laut nasional, namun juga untuk mengetahui potensi dan status pemanfaatan jenis rumput laut Indonesia yang bernilai tinggi.

Selain itu, harapnya, dengan terlaksananya kegiatan ini, terdapat link and match antara hasil penelitian/pengembangan rumput laut dengan pelaku industri rumput laut, sehingga dapat memajukan industri rumput laut nasional.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat 63.260 rumah tangga usaha yang membudidayakan rumput laut di laut yang tersebar di 23 Provinsi di Indonesia, dimana 39,67% atau sebesar 25.098 rumah tangga terletak di Provinsi Sulawesi Selatan.

Secara umum, Provinsi Sulawesi Selatan merupakan provinsi dengan potensi budidaya rumput laut terbesar di Indonesia.

Editor : Imam Rosidi