Fitoremediasi: Prinsip dan Prakteknya Dalam Restorasi Lahan Paska Tambang di Indonesia

Ulfah J. Siregar and Chairil A. Siregar, 2010

Description

Fitoremediasi merupakan istilah yang diberikan pada sebuah teknologi, yang menggunakan tanaman untuk membersihkan sebuah area yang terkontaminasi. Saat ini terdapat berbagai macam tehnik dan praktek yang disebut fitoremediasi, sehingga menimbulkan kerancuan. Buku ini menggunakan istilah fitoremediasi hanya terbatas pada hubungan antara penggunaan tanaman dengan sebuah kontaminan, dan bukan selain itu. Penyebabnya adalah banyak tehnik yang mirip fitoremediasi, yang sebenarnya sudah diketahui dan diterapkan dari sejak dulu dalam bidang pertanian, silvikultur, dan hortikultura, untuk mengatasi masalah lingkungan dalam pertanaman. 


Istilah fitoremediasi (phyto berarti tanaman, dan remediasi berarti penyembuhan atau pengobatan) relatif baru digunakan, yaitu sejak tahun 1991. Informasi dasar mengenai fitoremediasi berasal dari berbagai bidang penelitian, mulai dari penanganan lahan basah, tumpahan minyak hingga penelitian tentang tanaman-tanaman pertanian yang dapat menyerap dan mengakumulasikan logam berat. Istilah ini telah digunakan secara luas dari sejak diperkenalkan, dengan berbagai macam interpretasi. Dalam buku ini istilah fitoremediasi digunakan khusus untuk ide-ide yang berdasarkan pada pemanfaatan tanaman bagi teknologi perbaikan lingkungan, dan bukan untuk yang lain.

Menurut Cunningham et al. (1996) fitoremediasi adalah penggunaan tanaman dan mikroorganisma terkait, untuk mendegradasi, menyerap atau membuat kontaminan pada tanah dan/atau air tanah menjadi tidak berbahaya. Pada dasarnya fitoremediasi memanfaatkan inisiatif manusia untuk mempercepat proses peluruhan secara alamiah sebuah area yang terkontaminasi, dan dengan demikian merupakan penghubung antara sebuah teknologi buatan manusia dengan proses alamiah. Oleh karena fitoremediasi tergantung pada hubungan yang sinergis, dan alamiah antara tanaman, mikroorganisma dan lingkungannya, maka dia tidak membutuhkan teknologi yang sangat intensif, atau drastis, seperti pengerukan tanah. Dalam hal ini intervensi manusia masih diperbolehkan, hanya sebatas untuk menciptakan sebuah komunitas tanaman dan mikroba yang sesuai pada area tertentu, sebagai contoh penggunaan tehnik agronomi, seperti pengolahan lahan dan pemupukan, untuk mempercepat proses peluruhan secara alamiah atau proses pengendapannya.

Fitoremediasi telah terbukti secara efektif memperbaiki dan mengembalikan kondisi tanah dan air tanah yang terkontaminasi dengan bahan organik maupun anorganik. Barbagai macam tanaman, termasuk canola (Brassica napus L.), oat (Avena sativa) dan barley (Hordeum vulgare) mempunyai toleransi dan dapat menyerap logam seperti selenium, tembaga, cadmium dan seng (Banuelos et al., 1997; Ebbs et al., 1997; Brown et al., 1994). Sejenis rumput Alamo (Panicum virginatum) dapat menyerap bahan radioaktif Cesium-137 (137Cs) dan Strontium-90 (90Sr) yang sering tumpah pada tempat uji-coba senjata ataupun akibat kerusakan reaktor nuklir (Entry dan Watrud, 1998). Tanaman poplar hibrida (hasil persilangan Populus deltoides x P. nigra) dapat mengurangi konsentrasi nitrat (sebuah hara tanaman, namun juga kontaminan pada air) pada aliran permukaan air tanah (Schnoor et al., 1995a; Gatliff, 1994) dan mendegradasi herbisida atrazine pada tanah yang terkontaminasi (Burken dan Schnoor, 1997). Sejenis rumput makanan ternak yang diinokulasi dengan bakteri dapat mendegradasi asam bensoat yang terkhlorinasi, yang merupakan residu dari degradasi PCB (polychlorinated biphenyls) dan herbisida yang terchkhlorinasi (Siciliano and Germida, 1998). Yang sangat menarik di sini adalah kenyataan bahwa berbagai tanaman bersama dengan mikroorganisma yang terkait, ternyata dapat meningkatkan pembersihan minyak hidrokarbon dari tanah yang terkontaminasi dengannya (Aprill dan Sims, 1990; Gunther et al., 1996; Pradhan et al., 1998; Qiu et al., 1997; Reilley et al., 1996; Reynolds and Wolf, 1999; Schwab et al., 1995).

Share this: