Perbedaan dua spesies Orangutan (Pongo sp.): Protokol cepat untuk pusat rehabilitasi dan kebun binatang
D. Perwitasari, Farajallah

Source: SEAMEO BIOTROP's Research Grant | 2008

Abstract:

Orangutan (Pongo sp.) secara alami hidup di pulau Borneo dan Sumatra.  Saat ini orangutan termasuk ke dalam daftar CITES apendiks 1, hal ini berarti satwa ini termasuk terancam punah.  Secara taksonomi berdasarkan perbedaan morfologi dan perilaku orangutan dapat dibagi menjadi dua subspesies yaitu orangutan Borneo, Pongo pygmaeus pygmaeus dan orangutan Sumatra, Pongo pygmaeus abelli (Groves 1971).  Lebih jauh lagi, beberapa peneliti berargumentasi bahwa populasi-populasi orangutan yang ada seharusnya bisa mendapatkan status sebagai spesies tersendiri  (Zhi et al. 1996; Xu and Arnason 1996; Muir et al 2000).  Hal ini disebabkan oleh perbedaan antara dua subspesies hampir sama atau bahkan melebihi perbedaan yang ada sebagai spesies seperti simpanse (Pan troglodytes) vs. bonobo (Pan paniscus), kuda (Equus caballus) vs. keledai (Equus asianus).  Studi-studi tersebut dilakukan berdasarkan morfologi (ukuran, warna rambut, jenggot, ukuran gelambir pipi) dan genetic (alozim, nuclear RFLP, perunutan mtDNA dan inversi kromosom).  Hal ini sangat erat kaitannya dengan pulau asal orangutan tsb.
    
Dewasa ini, orangutan berada dalam populasi yang terfragmentasi dan terisolasi.  Orangutan Sumatra terutama ditemukan di Sumatra bagian Utara, sedangkan orangutan Borneo terdistribusi di Kalimantan Tengah, Barat dan Timur, juga Serawak dan Sabah.  Meskipun begitu, orangutan tidak ditemukan di Brunei dan Kalimantan Selatan (Rijksen & Meijaard 1999).     Determinasi variasi intra dan inter-spesies antara orangutan Borneo dan Sumatra dikatakan sangat penting untuk manajemen proyek reintroduksi orangutan dan rencana konservasi strategis untuk mempertahankan populasi alami yang masih ada
(Janczewski, Goldman & O’Brien 1990; Uchida 1996).
    
Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi  dua spesies Orangutan (Pongo sp.) menggunakan metode PCR-RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphisms) dari fragmen DNA mitokondria (mtDNA).     Hasil yang diharapkan yaitu protocol cepat untuk mengidentifikasi spesies orangutan.  Protokol cepat diharapkan dapat digunakan untuk mengatasi problema klasifikasi spesies di pusat rehabilitasi dan kebun binatang.
    
Fragmen tunggal berukuran 540 pb dari gen ND5 berhasil diamplifikasi pada semua sampel.  Dari hasil alignment sebesar 483pb, 15 situs bersifat unik untuk masing-masing spesies, Sumatra dan Borneo.  Pola pemotongan untuk  AluI dan MseI berbeda antara dua kelompok fragmen ND5. 
    
Penelitian ini menghasilkan protokol cepat untuk mengidentifikasi dua spesies orangutan dengan menggunakan analisis PCR-RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphism) fragmen ND5 mitokondria DNA.  Teknik ini dapat diaplikasikan dengan mudah dan cepat di pusat rehabilitasi dan kebun binatang untuk mengatasi masalah pembedaaan spesies.  Meskipun begitu perlu penelitian lanjutan untuk membedakan subpopulasi di Borneo dengan metode yang sama.

Download full report

Share this: