Sorghum (Sorghum bicolour L) termasuk dalam tanaman serealia asli Afrika yang memiliki potensi penting dalam ketahanan pangan. Di dunia sorghum menempati urutan ke-lima setalah gandum, padi, jagung, barley, sedang di USA menempati urutan ke-tiga. Dengan demikian sorghum dapat digunakan sebagai bahan pangan alternatif selain beras, jagung, singkong dan sagu. Manfaat lain dari sorghum adalah untuk pakan ternak (batang, daun, biji), untuk ethanol (batang dan biji), dan industri lainnya seperti kertas (serat), plastik terdegradasi, dan media jamur pangan (batang dan biji).
Sorghum dapat tumbuh pada lahan kering, lahan masam, lahan basa, serta sangat menjanjikan untuk ditanam pada ahan-lahan kritis atau marginal yang mungkin telah lama tidak digarap (lahan tidur). Lahan marginal dan lahan tidur di Indonesia tersedia sangat luas. Sementara itu teknik budidaya sorghum sangat mudah, input pertanian sedikit, tahan kekeringan dan tahan pangkas atau dapat diratun. Sekali tanam dapat panen tiga kali, tergantung pemeliharaan yang diberikan.
BATAN telah mampu mengembangkan pemuliaan sorghum dan menghasilkan beberapa galur harapan yang dapat tumbuh pada lahan kering, lahan masam dan lahan basa (salin). Uji adaptasi telah dilakukan dibeberapa tempat antara lain di Tangerang, Gunung Kidul, Lampung, dan Kalimantan Timur, dengan hasil memuaskan.
Dr. Hudi Hastowo, Kepala BATAN dan Dr. Listyani Wijayanti, Staf Ahli bidang Teknologi Pangan dan Kesehatan Kementerian Riste dan Teknologi, Jakarta, beserta rombongan mengunjungi BIOTROP pada tanggal 20 Juni 2009. Dr. Bambang Purwantara, Direktur SEAMEO BIOTROP, menyambut dan menerima serta memperkenalkan staf dan program serta aktivitas BIOTROP. Presentasi mengenai program dan aktivitas penelitian sorghum disampaikan oleh Dr. Soeranto Herman, peneliti BATAN, dan dilanjutkan oleh Dr. Supriyanto, peneliti SEAMEO BIOTROP, memaparkan perkembangan penelitian uji adaptasi sorghum. Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi mengenai pengembangan kerja sama dalam penelitian sorghum dan peninjauan lahan uji adaptasi sorghum.
Untuk itu SEAMEO BIOTROP bekerjasama dengan BATAN untuk melakukan penelitian Uji Adaptasi Galur-Galur Sorghum BATAN di Bogor. Pengujian budidaya sorghum dilakukan yaitu tumpangsari dengan jati dan jarak pagar, uji asosiasi dengan mikorhiza, dan uji produksi dengan teknologi bio-charcoal. Teknik budidaya selanjutnya yang akan diteliti adalah seleksi galur tahan naungan dan uji produksi setelah dipangkas dengan teknologi bio-charcoal. SEAMEO BIOTROP dan BATAN juga akan mengundang lembaga penelitian lain baik pada tingkat nasional, regional atau internasional untuk bekerjasama dalam pengembangan sorghum di Indonesia, khususnya untuk Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) yang umumnya memiliki lahan marginal atau lahan kritis.