Penerapan bioteknologi mendukung produksi pertanian
Kementerian pertanian tengah menyiapkan roadmap (peta jalan) produk bioteknologi pertanian guna mendukung target peningkatan produksi pertanian.
Wakil menteri pertanian Rusman Heriawan menyatakan telah meminta pusat bioteknologi pertanian di Bogor untuk segera menbuat peta jalan pengembangan bioteknologi di Indonesia. “ Kami menyiapkan kebijakan bioteknya untuk mendukung peningkatan produksi pangan, seperti beras, jagung, kedelai dan gula,” kata Rusman di sela Seminar on global Status of Commercialized Biotech/GM Crops in 2011, Jakarta, Senin (20/2).
Ia mengemukakan penyususnan peta jalan segera dimulai, di mana penerapannya diharapkan akan mendukung peningkatan produktivitas sekaligus menurunkan biaya produksi karena berkurangnya penggunaan pestisida. Dengan adanya peta jalan, prospek masa depan pertanian kedepan makin terbuka. Maka itu, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Biotek harus memilih produk pangan yang menggunakan biotek, karena selama ini bioteknologi belum diimplementasikan secara luas.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Biotek dan Sumber Daya Genetika Karden Mulya mengatakan dari sisi kebijakan, pedoman mengenai pengkajian keamanan pangan produk biotekologi sudah diterbitkan sejak 2008. “Memang dari sisi teknologinya masih lamban, karena tidak semua teknologi bisa diterapkan di Indonesia. Misalnya, produk bioteknologi kedelai, tidak bisa langsung di tanam di Indonesia, karena kedelai sangat sensitif dengan paparan sinar matahari,” katanya.
Dicontohkan, karena paparan sinar matahari di Indonesia bisa mencapai 12 jam, akibatnya kedelai hasil bioteknologi tidak menghasilkn biji. Tanaman kedelai hasil bioteknologi masih dalam proses perbaikan terus-menerus. Namun, untuk produk jagung bioteknologi, sudah melalui pengkajian dan dinyatakan keamanannya. Hal ini karena produk bioteknologi harus memenuhi syarat aman pangan, lingkungan dan pakan sebelum dijadikan sebagai bahan pangan dan pakan.
“Saat ini, yang masih dalam tahap pengkajian teknis itu jagung, kentang, tebu, golden rice. Dan dari hasil kajian yang nggak cocok itu sebagian jagung.” Ujarnya.
Pendiri International Service for the Acquisition of Agri-Biotech Applications Clive James mengatakan Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki potensi baik untuk pengembangan pertanian menggunakan tanaman biotek. Pada 2011, luas area yang sudah ditanam di 29 negara dunia mencapai 160 juta hektare atau naik dari 148 juta hektare pada 2010. Luas area tersebut naik 94 kali lipat dibandingkan sejak komersialisasi bioteknologi tahun 1996. (Jurnal Nasional, 21 Februari 2012)